Hidroponik merupakan
sistem penanaman tanpa menggunakan tanah dapat disebut juga soilless. Media pertumbuhan
tanaman dapat diganti dengan media lain seperti rockwool, cocopeat, arang sekam,
spons bahkan kapas, selama media tersebut memiliki pori dan dapat menyerap air.
Nutrisi dan unsur hara tanaman yang terdapat dalam tanah diganti menggunakan
garam mineral yang dilarutkan ke dalam air. Pengganti unsur hara tersebut
dikenal dengan nama nutrisi AB mix.
Dalam pengaplikasiannya
terdapat beberapa jenis sistem hidroponik yang berbeda-beda disesuaikan dengan
kebutuhan pengguna. Beberapa jenis sistem
hidroponik tersebut ialah:
A. Hidroponik
Sistem Wick
Sistem
wick adalah yang paling mudah dilakukan. Sistem kerjanya menggunakan sumbu yang
membantu mengalirkan air pada media tanaman, dimana nutrisi yang dilarutkan
dalam air disalurkan oleh sumbu ke akar tanaman. Wadah untuk menanam dapat
menggunakan box plastik, bekas air mineral atau wadah apapun yang dapat
menampung air. Pada sistem ini air tidak dialirkan, sehingga nutrisi seringkali
mengendap dan kekurangan oksigen dalam air, menyebabkan pertumbuhan tanaman
kurang maksimal. Meskipun begitu menanam dengan sistem ini sangat mudah, cocok
untuk pemula yang baru belajar menanam. Tanaman yang cocok ditanam dengan
sistem wick seperti: kangkung, bayam, seledri, sawi, pakcoy dan sebagian besar
sayuran daun lainnya.
B. Hidroponik
Sistem Tetes
Hidroponik
sistem tetes atau disebut juga drip sistem merupakan cara tanam dengan
menggunakan selang yang dihubungkan pada pompa. Nutrisi dilarutkan kedalam air
yang ditampung pada sebuah bak, kemudian air dialirkan pada media tanam
menggunakan selang kecil. Air akan menetes melalui selang dan membawa larutan
nutrisi ke akar tanaman. Penetesan dapat dilakukan terus-menerus tanpa jeda
dengan menampung kelebihan air yang telah diteteskan pada wadah penampungan kemudian
disirkulasikan kembali menggunakan selang ke tanaman., terus berulang menjadi
siklus atau dapat juga dengan memasang timer pada pompa sehingga air akan
mengalir ketika dinyalakan dan berhenti
ketika air sudah penuh. Penambahan air dapat
dilakukan ketika air berkurang karena absorpsi atau penguapan dan penambahan
nutrisi dlakukan bila kepekatannya mulai berkurang.
C. Ebb
dan Flow Sistem
Sama
halnya dengan sistem tetes yaitu dengan menggunakan pompa untuk mensirkulasikan
air hanya saja air langsung dialirkan pada akar tanaman yang disimpan berderet
pada wadah seperti peralon atau talang air. Larutan nutrisi ditampung pada
sebuah wadah kemudian dialirkan pada tanaman, setelah itu larutan kembali ke penampungan
dan terus seperti itu. Sistem ini merupakan yang paling populer karena
pembuatan dan perawatannya cukup mudah. Wadah tanam dapat disimpan bersusun
sehingga tidak memakan banyak tempat.
D. NFT
(Nutrient Film Technique) System
Konsep
NFT adalah dengan mengalirkan larutan nutrisi pada media tanam yang dangkal. Wadah
yang digunakan biasanya terbuat dari logam anti karat atau plastik dimana
nutrisi dialirkan dan akan terbentuk lapisan nutrisi yang mengendap seperti
film. Akar tanaman tumbuh pada lapisan nutrisi tersebut. Larutan disirkulasikan
terus menerus menggunakan pompa, karena media dangkal tanaman mendapatkan cukup
nutrisi dan oksigen. Sistem ini biasanya digunakan untuk penanaman hidroponik secara
komersil karena dapat dilakukan dengan skala besar.
E. Aeroponik
Sedikit
berbeda dengan sistem hidroponik yang biasa, larutan nutrisi tidak begitu saja
dialirkan pada akar tanaman melainkan dirubah menjadi uap air lalu sisemprotkan
pada akar tanaman, dimana akar tanaman menyerap larutan nutrisi beserta oksigen
dari uap air tersebut. Sistem ini biasanya digunakan untuk tanaman umbi-umbian
atau tanaman yang cadangan makanannya disimpan diakar seperti, kentang, ubi dan
kacang tanah. Hanya saja menanam dengan sistem ini masih tergolong mahal dan
sulit karena alat-alatnya tidak murah dan sulit didapat.
F. Aquaponik
Prinsip
kerja aquaponik hampir sama dengan sistem hidroponik tetes, flow atau NFT hanya
saja nutrisi yang digunakan pada sistem ini tidak menggunakan garam-garam
mineral seperti AB-mix melainkan menggunakan kotoran ikan. Sistem ini digabungkan
dengan akuarium, dimana pompa aquarium yang biasanya mengalirkan air pada
filter dialirkan terlebih dahulu pada tanaman. Kotoran ikan tersebut mengandung
senyawa organik yang dapat digunakan tanaman sebagai nutrisi. Setelah air
dialirkan pada pada tanaman air dikembalikan ke dalam akuarium dan seterusnya. Pertumbuhan
tanaman pada sistem ini bergantung pada jenis ikan dan pakan yang diberikan. Sistem
ini adalah yang paling memiliki nilai estetik karena digabungkan dengan
akuarium sehingga memiliki fungsi yang ganda.
Basih banyak
lagi sistem hidroponik yang berkembang pada saat ini, tapi menurut penulis
beberapa jenis sistem hidroponik yang dijelaskan diatas merupakan dasar yang
harus dipelajari terlebih dahulu sebelum
mencoba sistem yang lebih rumit. Sistem apapun yang kalian pilih untuk
dipelajari terlebih dahulu, yang terpenting adalah untuk tidak menyerah sampai
hasil yang diinginkan tercapai. “Selamat becocok tanam”
Sumber Pustaka
Komentar
Posting Komentar